Pasangan Nama pada janur kuning itu cukup lama aku pandangi. Nama Dara dan Ridwan terpampang di atas kertas menggantung yang tidak henti diterpa angin.
Aku sedang menguatkan hatiku untuk hadir diacara akad nikahnya walau aku tidak diundang. Tidak cukup sulit bagiku mengetahui dimana dara akan menikah. Karena kami satu kantor. Undangan itu sudah dikirim minggu lalu.
Aku masih ingat betapa terkejutnya aku ketika itu waktu aku tau bahwa nama pada undangan itu adalah dia.
Aku beranjak dari kursiku. Aku menggenggam undangan itu. Aku menarik nafas ketika aku sudah dekat meja kerjanya. Tertutupnya hubungan kami bahkan dilingkungan kantorpun membuat aku tidak berkata apa-apa ketika ada dihadapannya dan meletakkan undangan itu didepan komputernya.
Dara tidak berkata apa-apa, dia berdiri dan langsung menarikku keluar ruangan kantor. Belum banyak orang pagi itu. Hanya beberapa kawan kantor dara yang cukup terkejut ketika tiba-tiba dara menggenggam tanganku dan menarikku keluar.
AKU DAN WANITA MANIS ITU (PART 4)
0
0
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-4.html
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-4.html
Tidak ada komentar:
AKU DAN WANITA MANIS ITU (PART 3)
Baju pengantin itu sudah dara kenakan. Gaun putih bersih dengan banyak kristal bening menaburi tiap sisinya terlihat sangat cocok membalut tubuh dara. Dara masih diam didepan kaca ketika perias pengantin yang tidak lain adalah sahabatnya sendiri mendekatinya dan memegang lembut pundaknya.
“Apa yang akan kau lalui hari ini untuk sebagian orang adalah mimpi paling indahnya ra, dan ridwan adalah pria terbaik sepanjang yang aku tau. Ayahmu sudah memilihkan pria terhormat untuk putri tercintanya. Karenanya… angkatlah sedikit bibirmu agar senyum manis yang aku sudah sangat hafal itu kembali bisa aku lihat… ya… ayolah…” kata vina sambil memegang alat make up untuk memulas pipi dara dengan senyum hangatnya.
Dara tersenyum, dia menggenggam tangan vina dengan erat. Vina adalah sahabat terbaiknya, hampir apapun yang terjadi pada dirinya, vina pasti mengetahuinya. Tapi tidak untuk satu hal itu.
“Vin…” kata dara.
“Ya ra…” kata vina sambil terus memulas wajah dara.
“Waktu kamu menikah 2 tahun lalu, apakah perasaan yang aku rasakan ini muncuk juga??” Tanya dara.
“Apa yang akan kau lalui hari ini untuk sebagian orang adalah mimpi paling indahnya ra, dan ridwan adalah pria terbaik sepanjang yang aku tau. Ayahmu sudah memilihkan pria terhormat untuk putri tercintanya. Karenanya… angkatlah sedikit bibirmu agar senyum manis yang aku sudah sangat hafal itu kembali bisa aku lihat… ya… ayolah…” kata vina sambil memegang alat make up untuk memulas pipi dara dengan senyum hangatnya.
Dara tersenyum, dia menggenggam tangan vina dengan erat. Vina adalah sahabat terbaiknya, hampir apapun yang terjadi pada dirinya, vina pasti mengetahuinya. Tapi tidak untuk satu hal itu.
“Vin…” kata dara.
“Ya ra…” kata vina sambil terus memulas wajah dara.
“Waktu kamu menikah 2 tahun lalu, apakah perasaan yang aku rasakan ini muncuk juga??” Tanya dara.
0
0
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-3.html
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-3.html
Tidak ada komentar:
Tak Tik Tik Tak
Tak tik tik tak. Tak tik tik tak. Nyaring terdengar bunyi mesin yang ditekan Gagah. Dalam kamarnya yang sempit ukuran dua kali dua meter, bunyi mesin ketik itu terdengar sangat berisik. Di sela-sela ia menulis tersebut kadang-kadang ia menghisap rokoknya dalam sekali sembari ia hembuskan dengan tanpa ada rasa menikmati sama sekali. Semakin pengaplah udara di kamarnya malam itu. Ia cabut kertas yang baru ia tulisi separuh itu dari mesin ketiknya. Diremasnya kertas itu setelah sebelumnya ia baca sebentar kemudian ia buang begitu saja.
Gumpalan-gumpalan kertas berserakan di lantai kamarnya. Buku-buku pun demikian, berserakan tak beraturan. Gagah memungut salah satu buku, membacanya sebentar, dengan malas ia lemparkan kembali ke lantai kamarnya. Kepalanya ia pegang tepat di ubun-ubunnya dan dengan suntuk ia remas rambutnya.
“Yang terakhir ini harus lolos,” Ujarnya sambil meraih kertas baru dan diselipkannya di mesin ketiknya.
Gumpalan-gumpalan kertas berserakan di lantai kamarnya. Buku-buku pun demikian, berserakan tak beraturan. Gagah memungut salah satu buku, membacanya sebentar, dengan malas ia lemparkan kembali ke lantai kamarnya. Kepalanya ia pegang tepat di ubun-ubunnya dan dengan suntuk ia remas rambutnya.
“Yang terakhir ini harus lolos,” Ujarnya sambil meraih kertas baru dan diselipkannya di mesin ketiknya.
0
0
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/tak-tik-tik-tak.html
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/tak-tik-tik-tak.html
Tidak ada komentar:
Dilema Sang Arsiparis
“Sudah berulang kali aku beritahu aku nggak mau mencuri,” kataku pada istriku yang terus saja mengomel minta dibelikan kalung. Sudah satu minggu ini aku diomeli oleh istriku yang minta dibelikan kalung emas yang bobotnya tidak lebih dari dua gram. Bukanya aku pelit tapi aku memang tidak punya uang untuk membelikannya.
Sebagai pegawai negeri golongan dua yang gajinya hanya cukup untuk biaya kehidupan sehari-hari, itupun dengan asumsi tidak ada yang sakit di antara anggota keluargaku, karena apabila ada yang sakit, dijamin gajiku bakal kurang. Dengan dua anak yang masih kecil-kecil aku pun harus waspada terhadap segala bentuk rayuan barang-barang sekunder yang berusaha memoroti gajiku tiap bulannya.
“Mas, bu Edi tadi barusan cer
0
0
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/dilema-sang-arsiparis.html
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/dilema-sang-arsiparis.html
Tidak ada komentar:
Langganan:
Postingan (Atom)