http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-6.html
item

AKU DAN WANITA MANIS ITU (PART 6)

AKU DAN WANITA MANIS ITU (PART 6)

Jumat, 12 Februari 2016

Ruangan menjadi cukup riuh, dan aku masih berdiri dengan tangan menunjuk keatas.
“Saya hanya mengutarakan apa yang saya rasakan pak… tapi saya harap keberatan saya tidak menghambat prosesi akad nikah ini, terima kasih…” kataku kencang agar terdengar oleh penghulu yg jauh didepan sana.

Setelah itu aku berjalan keluar, aku tidak pedulikan pandangan orang padaku, rasa maluku sudah tertutup oleh rasa sakit hatiku atas semua ini. Dalam kepalaku hanya satu. Aku harus mengakhiri ini semua. Selamanya. Ini semua Karena wanita manis itu… Dara.

aku menuju jembatan penyebrangan itu. Aku diam ketika sampai ditengahnya. Aku memandang jauh keujung jalan raya yang sangat terlihat berujung lancip, berusaha mengingat semuanya. Semua runutan kejadian hingga aku berada di jembatan ini. Aku semakin menyadari bahwa tidak ada yang bisa mengembalikan apa yang aku sudah perbuat tadi. Rasa malu, sakit hati, dikecewakan dan rasa yang paling menyakitkan itu… rasa ketika kau meyakininya bahwa hatimu telah terisi, namun tarnyata itu hanya ilusiku saja, yang nyata adalah hilang… kosong… dan hampa.


Aku naik keatas tiang jembatan, aku memejamkan mata. Dan aku merasa sangat siap untuk ini. siap untuk melakukan apa yang aku yakini saat fikiran tergelapku menguasai. bahwa aku hanya boleh Mati.

Aku melepas segala pegangan, sampai aku merasakan aku malah terbanting kebelakang.

Sebuah tangan menarik pakaianku dan pakaian itu berhasil membawa tubuhku kebelakang.

“Gila kau kris!!!” Kata suara yang cukup keras aku dengar.

Aku lihat wajah itu. Teman kantorku. Hendro.

Aku terduduk di tepi jembatan. Dan hendro juga duduk disampingku.

Cukup lama kami berdua tidak bersuara. Dan aku akhirnya bicara.

” elo tau khan dro, kalo lancipnya ujung jalan raya di sana itu hanya karena terbatasnya kemampuan kita untuk melihat?? ” kataku tanpa merubah dudukku yang lemah menunduk.

Hendro tidak menjawab, dia hanya menggeleng.

“Iya… barusan aku sadar bahwa ujung jalan yang terkesan lancip itu bukan karena jalan itu memang lancip tapi karena ilusi dari penglihatan kita yang terbatas. Jadi seringkali kita sudah menganggap sesuatu itu sebagai sesuatu yang final dan tidak bisa berubah karena penglihatan dan pikiran kita semata, tapi nyatanya tidak demikian. Sesuatu yang kita anggap sudah pasti dan final itu ternyata masih panjang dan berlanjut kalau kita punya sedikit semangat saja untuk terus melaluinya… tapi sekarang aku yakin ndro… terlalu besar dan penuhnya cinta pada seorang makhluk justru seringkali bisa membuat kita terlalu cepat mengambil kesimpulan dan menutup jalan luas yang masih terbuka disana… aku mengalami itu, dan saat ini aku telah menyadarinya…” kataku bicara panjang dan aku tak peduli apakah hendro mengerti maksudnya.

Hendro menoleh. Dan dia bicara.

“Dara tetap melanjutkan akad nikahnya kris. Dan kalau saja elo tadi berhasil mati, elo bukan hanya mati sia-sia, tapi elo juga udah jadi laki-laki terlemah yang akan gue kenang sepanjang masa…”

Aku terdiam. Aku sudah tidak mampu untuk sakit hati lagi. Namun entah mengapa aku meyakini bahwa di ujung jalan sana tidaklah lancip, tidaklah buntu, tapi masih luas dan panjang yang bisa aku lalui. Dan Dara masih disana…

Resepsi itu telah usai. Satu persatu para tamu pulang ke rumah mereka masing-masing. Tidak bisa dipungkiri bahwa apa yang terjadi ketika akad nikah tadi telah membuat pergunjingan antar keluarga dan para tamu yang hadir. Nama Kris sontak menjadi tenar di sekitaran keluarga dan sahabat Dara.
Dara sedang membersihkan make up yang dia kenakan diruang hotel sekaligus tempat bulan madu mereka untuk malam pertama ini. Sebuah president suite room yang sangat mewah sedang mereka nikmati saat ini.

Ridwan memeluk dara dari belakang. Dekapan lembut itu dan kecupan di kepala dara membuat dara sedikit sungkan dan tersenyum.

“Kamu jauh lebih cantik jika tanpa make up sayang… jauh lebih cantik…” kata ridwan dengan mesranya. Dara kembali tersenyum.

Tiba-tiba ridwan melepaskan dekapannya.

“Sayang… kamu sudah lihat kado-kado nikahan kita belum?? Bagus-bagus lho… tapi aku paling suka ini… ini unik sekali… sebentar aku ambil…” kata ridwan dengan semangatnya.

Dara mengerutkan dahinya. Kado apa yang ridwan masuk.

Dia mengedepankan tangannya dan membuka genggamannya. Lalu seuntai kalung itu menjulur dengan sebuah liontin kepala bebek dari emas putih yang lucu.

“Ini pasti dari vina, kalian khan hobby banget makan bebek…bagus ya…” kata ridwan yakin.

Dara terdiam. Dia kenal kalung itu. Kalung yang kris berikan ketika makan malam pertama direstoran bebek kesukaannya. Namun dia sudah kembalikan dengan menaruhnya secara diam-diam kedalam tas kerja Kris.

“Kris…” katanya spontan.

Dan saat itu juga wajah ridwan berubah.

Ridwan duduk di tempat tidur mewah itu. Dia meletakkan kalung unik itu begitu saja diatas kasur.
Nampak raut keengganan ridwan untuk menanyakan hal ini walau sejak pagi tadi selalu jadi pertanyaan dikepalanya. Tapi sepertinya ridwan harus menanyakannya, karena sudah kali bibir manis dara menyebutkan nama itu. Kris.

Ridwan diam sejenak, dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa apa yang akan dia tanyakan pada dara ini adalah tindakan yang benar dan tidak menjadi pemicu rusaknya malam pertama mereka. Dara adalah segalanya untuk ridwan, ingin rasanya melakukan apapun yang dara inginkan. Wajah lembutnya, senyum manisnya dan tidak banyak mengeluh dan suaranya saja selalu bisa membuat hati ridwa merasa tenang walau mereka berjauhan. Ya… ridwan memang tidak bekerja di jakarta. Perusahaan tempat dia bekerja mengutusnya untuk bertugas diluar kota dalam batas waktu yang tidak ditentukan dan itu terjadi justru bertepatan ketika satu minggu setelah dara menerima cintanya.

Awalnya ridwan berniat akan keluar saja dari tempat dia bekerja, tidak lain karena dara. Tapi wanita manis itu melarangnya. Dan dara bisa meyakinkan ridwan kalau hubungan mereka akan baik-baik saja. Masih jelas terngiang kalimat dara yang tidak akan pernah bisa ridwan lupa karena itu api semangat yang bisa membuat ridwan sanggup untuk berjauan dengan wanita yang paling dia sayangi.

“Sayang, aku dan hubungan kita akan baik-baik saja, tempat kau bekerja sudah baik dan benar, jangan sia- siakan… justru semangat bekerjamu untuk masa depan kitalah yang akan membuat hati kita akan terasa selalu dekat dan kuat…”

Ridwan menyudahi lamunannya ketika dara berbicara padanya.

“Mas…” kata dara dengan panggilan mas, dara tudak pernah memanggil ridwan dengan kata itu dan buat ridwan, itu tanda bahwa dara telah menyadari bahwa saat ini ridwan sudah bukan kekasihnya lagi. Tapi suaminya. Ridwan mengangkat kepalanya. Dan dara kembali bicara.

“Kris adalah kawan baikku selama ini, sangat baik… dia teman sekantorku, aku dan dia tidak ada apa-apa… karena kami memang tidak pernah berkomitmen apa-apa… aku tidak bisa melarang apa yang kris rasakan terhadapku… dan demi Tuhan aku tidak pernah menyangka akan menjadi sejauh ini…” kata dara tanpa ridwan menanyakannya.

Ridwan tersenyum, dia lega karena pertanyaan itu tidak jadi keluar dari bibirnya. Ridwan bangkit dan memeluk dara. Malam pertama mereka menjadi sangat hangat dan membahagiakan.

Ridwan telah lelap karena lelahnya bercumbu dengan istri tercintanya. Saat itu pukul 2 dini hari. lampu kamarpun telah mereka matikan. Tapi dara masih meringkuk di dalam selimut yang menutupi tubuhnya yang tanpa sehelai benangpun. Matanya masih terbuka. Dan ada setitik air mata jatuh disana.

“Maafkan aku kris… maafkan…”

Katanya pelan dalam pekatnya hati dan malamnya.

Ini adalah hari pertama dara masuk kantor setelah bulan madunya ke belanda.
“Aduuuuuhhh… yang abis perang melawan belandaaa…” kata vina ketika dara sampai depan mejanya.

Dara tersenyum…

“Sumpah gue rindu banget ama elo vin…” kata dara dan langsung memeluk vina.

“Gimana holland ra??? Gimana pertempurannya?? ” tanya vina lagi.

“Holland okee… dan pertempurannya… mmmm.. sangat seruuu…” kata dara dan mereka tertawa.

Dan kawan yang lainpun berdatangan. Oleh-oleh yang dibawa dara yang cukup banyak itu tidak perlu waktu lama untuk kandas semuanya. Dan suasana riuh itu mereda setelah mereka kembali ke bangku kerja masing-masing.

Dara masih menengok-nengok ke ujung sudut sana ketika suasan sudah normal kembali.

“Udah pindah ra…” kata vina tiba-tiba.

Dara menoleh.

“Elo cari kris khan?? Dia udah pindah… mmmm.. sejak kejadian diakad nikah lo itu, dia udah ga pernah masuk kantor lagi. Dan jumat kemarin gua dapet kabar dari bos kalo kris mengajukan resign…” kata vina.

Dara terdiam.

“Nanti gue ceritain deh lengkapnya.. sinetron banget deh pokoknya tuh orang… lebay menurut gue sih… orang ga ada apa-apa dan cuma temenan doank… pake acara mau bunuh diri segala…” lanjut vina dengan sinisnya.

Dara menoleh.

“Apa?? Bunuh diri??!!!” Kata dara kaget bukan kepalang.

“iya… lebay khan???” Jawab vina.

Dara beranjak dari kursinya dan menuju kesebelah. Tak lupa dia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

Vina cuma bingung dengan apa yang dara lakukan…

Dara menuju meja itu, meja dimana kris biasanya selalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak pernah bergerak dari sana kalo tidak ada yang menyentuh atau mengajaknya. Dan dara tau, hendro adalah kawan kris dari sedikitnya teman kantor yang dia punya.

Dara melongok meja hendro yang berjarak 2 kubikal dari meja kris. Kepalanya sudah terlihat disana, dan sekilas tadi dara memergoki ketika kepala hendro mencoba melongok dara.

“Hi dro… ” kata dara senyum.

“Hi ra… btw… selamat ya.. maaf kemarin ga sempet sampe selesai ikut akadnya… “jawab hendro basa-basi.

“Ooohhh.. ga papa dro… mmmm.. dro… elo tau kris pindah kemana??” Tanya dara serius.

“Mmmmm.. tau… tapi gue ga boleh kasih tau elo…” kata endro jujur.

“Kenapa??” Tanya dara.

“Udah sarapan?? Gue sih udah, tapi karena elo nanya soal kris, kayanya kita “harus” sarapan lagi, karena ada yang harus gue ceritakan soal kris…” kata hendro dan tidak bisa ditolak dara. Mereka menuju kantin di lantai dasar kantor mereka.

Dan hendro menceritakan semuanya

Hati dara berdebar mendengar apa yang hendro ceritakan. Dia benar-benar telah menghancurkan hati kris.

“Tapi elo berdua keren… 1 tahun lengket, bahkan gue, temen deket kris… engga tau…” kata hendro senyum.

Dara masih diam. Dia baru sadar bahwa “pertemanan spesial”nya dengan kris sudah berjalan 1 tahun lamanya. Tidak bisa dipungkiri bahwa krislah yang ikut banyak membantu dara agar sanggup melalu hubungan jarak jauhnya dengan ridwan yang justru kris tidak mengetahuinya.

“Jadi elo tetep ga mau kasih tau gue, dimana kris dro??” Tanya dara memelas.

“Maaf ra… tapi gue rasa elo udah cukup nyakitin dia… jangan ditambah lagi… dia sayang elo jauh lebih besar dari dia sayang dirinya sendiri, dan itu udah coba dia buktiin walau gagal.. gue ga mau kawan gue mencoba untuk kedua kalinya…” kata hendro dengan seriusnya.

Dara tidak bisa menahan airmatanya lagi.

Iklan
Unknownhttps://www.blogger.com/profile/04217271104478267995
0 0 http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-6.html http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-6.html Tidak ada komentar:

Kontributor