http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/
http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-4_11.html
item

AKU DAN WANITA MANIS ITU (PART 5)

AKU DAN WANITA MANIS ITU (PART 5)

Jumat, 12 Februari 2016

“Siapa pria itu ra?? ” tanya vina pelan sambil berusaha melihat wajah dara yang menunduk.
“Siapa raaa…??” Tanyanya lagi karena dara tidak juga menjawabnya.

“Tapi hubungan kalian masih normal khan?? Ga terjadi apa-apa khan?? Mmmm.. terutama denganmu?? Ga papa khan?? Elo ngerti maksud gue khan ra?? Jawab ra!..” kata vina mengguncang pundak dara.

Dara menggeleng.

“Aku baik-baik saja vin… bahkan teramat baik ketika aku didekatnya. dia sangat menghargai dan menghormatiku, dan yang paling unik, dia menyukai kebiasaanku dengan smartphoneku. yang justru kau bilang itu kebiasaan buruk. dia baik dan aku baik-baik saja…” kata dara akhirnya.

Vina mengelus dadanya. Rasa lega yang teramat sangat tampak diwajahnya.

“Syukurlah ra…” katanya dan seolah tidak terjadi apa-apa.

“Aku ragu vin…bukankah kalau ragu maka kita harus meninggalkannya vin.. begitu khan?? ” kata dara tertunduk.

Vina melototkan matanya, dan menggerakkan telunjuknya diwajah lemas dara.

“Kamu gila ya… dara… daraa… dengar apa yang s
ahabatmu ini katakan ya…” kata vina mengangkat wajah dara dan kali ini bicara dengan tegas.

“Pertama, kau harus sadar bahwa saat ini, pagi ini… di ruang hotel mewah ini.. ini semua adalah nyata, bukan sinetron. Karenanya kau nona manis teman baikku.. kau tidak bisa mengatakan sesuatu seolah seperti dalam sinetron. Saat ini seoarang pria tampan, mapan dan bermasa depan sangat cerah sedang menunggumu di aula besar itu. Daaann.. bukan hanya dia yang menunggumu.. tapi seluruh sanak saudaranya. Dan aku merasa, keraguan sesaatmu itu tidak sebanding dengan apa yang akan kau akibatkan hanya karena kalimatmu itu. Aku setuju kalimatmu, tapi ya engga gitu juga ngejalaninnya kali raaa…” kata vina panjang dan masih melanjutkan.

“Saat ini, langkah yang sudah sejauh ini, adalah langkah yang seharusnya sudah kau fikirkan masak-masak dan kau juga harus berkorban untuk tetap bisa terlaksana.. karena sudah bukan soal diri kita sendiri lagi… tapi soal keluar besar…” kata vina dan tetap melanjutkan.

“Okeee… kalo memang kau bilang ini tidak adil, tapi apakah kau pernah merasakan keadilan dalam kehidupan ini ra?? Lagipula aku yakin, munculnya ragu mu itu adalah karena kegelisahan berlebihanmu karena kau akan melakukan sebuah langkah yang akan merubah hidupmu.. menjadi seorang istri… jadi, buang jauh-jauh keinginanmu untuk melarikan diri dari ini semua… dan aku yakin kau pasti akan baik-baik saja…”

Dara hanya bisa diam, apa yang vina bilang memang benar, langkahnya sudah terlalu jauh dan hampir tidak mungkin untuk menggagalkannya hanya karena seorang pria yang belum lama dia kenal. Tapi bukankah tidak ada sesuatu yang tidak mungkin???

Dara masih terdiam dan vina sudah dikejar waktu untuk merapikan riasnya kembali.

Namanya Hendro, pria berperawakan besar itu tiba-tiba saja menepuk pundakku.
“Lho kris… ikut liat akad juga?? Gue kira elo bakal dateng waktu resepsi siang nanti…” katanya dengan wajah senang karena mendapat teman. Aku menoleh dan hanya tersenyun.

“Kalo gue emang dari dulu sukanya dateng ke akad nikah kris… lebih banyak berkahnya lho… elo tau doonk… kalo elo memanjatkan doa ketika pak penghulu membacakan doa, itu adalah salah satu saat dimana doa kita amat mudah untuk dikabulkan… dan gue berusaha untuk tidak melewati itu…” katanya penuh semangat. Dan masih melanjutkan.

“Dan elo tau ga doa apa yg selama ini gue panjatkan… mmmm… minta jodoh kris… amiiiiinn ya Allah…” kata hendro lagi dengan khusuknya.

Ketika dia menyebut jodoh, aku menoleh.

“Jodoh… sepertinya doa ketika penghulu nanti tidak akan berhasil kalo gue minta jodoh gue ndro…” kataku sambil terus jalan.

“Lho… lho… lho.. ga boleh lho bilang gitu… gusti Allah itu maha lho… ingat… Mahaaa… itu artinya dia bisa melakukan apa saja… jika Dia menghendaki tentunya…” kata hendro lagi.

“Kita lihat ya… apakah doa gue nanyi terkabul…”

“Boleeehhh… tapi ingat… haqul yaqin ya…” katanya menjawab tantanganku.

Aku hanya senyum.

Aula itu sangat besar, dengan ornamen kuning warna kesukaan dara dengan duplikat pohon berdaun bunga disetial sudutnya dan puluhan gerai makan di sana sini serta layar besar yang terpampang foto pra wedding kedua mempelai.

Suasana ini sangat menyakitkan bagiku, melihat foto-foto mereka dengan mesra di layar itu dengab latar belakang berbagai negara yang pernah mereka kunjungi berdua. Bergandengan tangan, merangkul, berkejaran, saling memberi bunga, duduk berdua di ruang baca, dan berpelukan erat di bawah menara eiffel.

Aku semakin kelam dalam hancurnya hatiku.

“Dara, apa yang ada difikiranmu ketika kau bersamaku yang bisa membuatku yakin kalau tidak ada pria lain dihatimu… setidaknya aku harus tau jawabannya… aku harus tau!!!..” kataku dalam hati.

Aku duduk, disana, dipojok paling ujung tempat keluarga mempelai wanita, aku sudah berniat untuk melakukan sesuatu yang tidak akan terpikirkan oleh orang lain hari itu. Dan setelah aku melakukannya…

Mungkin aku akan bunuh diri… ya… benar… BUNUH DIRI…

Sebagian orang menjadi begitu sibuknya ketika penghulu sudah datang. Pak penghulu masuk ke aula dan langsung duduk di meja akad nikah yang akan mereka gunakan.
Dan adatpun dimulai, dari serah terima mempelai pria, pidato singkat kedua orang tua mempelai sampai dengan pembacaan ayat suci Al quran. Selama itu pula, aku hanya diam.

Sampai ketika kedua mempelai di hadirkan dan di dudukkan pada kursi masing-masing.

Aku menoleh, aku lihat dara begitu manisnya dalam balutan pakaian akad nikahnya. Gaun putih yang ketat membalut tubuh indahnya. Make up yang tidak terlalu tebal dan sanggul yang simple, membuat dara pagi itu sangat manis.

Aku tahan sakit hatiku. Aku tetap duduk hingga saat itu datang.

Dalam sambutannya, sebelum penghulu melaksanakan akad nikah. Beliau akan menanyakan kepada para tamu yang hadir. Dan inilah saat yang aku tunggu.

“Pada hadirin semua, jika ada yang keberatan akan terlaksananya akad nikah atas kedua calon mempelai ini, saya berharap untuk bisa menyampaikannya saat ini juga agar nanti tidak mengganggu ketika prosesi akad nikah digelar… apakah ada yang keberatan??” Tanya pak penghulu lebih seperti basa basi. Dan ketika dia akan menutup kesempatan. Aku berdiri.

“Saya pak penghulu… saya keberatan…” kataku dengan lantangnya.

Hendro yang duduk disampingku, hanya bisa diam dengan apa yang aku lakukan.

Dan disana… aku lihat Dara, terpaku dalam ketidakpercayaannya.

“Kris….” katanya pelan dan itu cukup untuk didengar oleh ridwan.

Iklan
Unknownhttps://www.blogger.com/profile/04217271104478267995
0 0 http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-4_11.html http://materialize-template-gisariweb.blogspot.com/2016/02/aku-dan-wanita-manis-itu-part-4_11.html Tidak ada komentar:

Kontributor